Peer Review Rejection: Bagian dari Proses Membangun Karier Akademik
Menghadapi penolakan setelah melalui waktu panjang untuk meneliti dan menulis tentu saja bukan pengalaman yang menyenangkan. Namun, penolakan atas satu artikel bukan berarti seluruh kesempatan akademik langsung lenyap. Karier akademik dibangun dengan proses yang panjang dan penuh tantangan.
Tahap pertama yang harus dilalui penulis setelah melalui desk review agar bisa terbit adalah peer review. Berbeda dengan desk review yang lebih menekankan pada aspek teknis, peer review akan lebih berfokus pada aspek substansial dari sebuah artikel. Editor dan reviewer punya tanggung jawab yang besar terhadap pembaca, reputasi jurnal ilmiah, dan juga ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, proses evaluasi sebuah artikel dilakukan dengan sangat detail dan berhati-hati.
Penolakan adalah pengalaman yang wajar bagi penulis dan peneliti, terutama yang baru terjun dalam dunia akademik. Penolakan tidak selalu berarti riset yang dilakukan buruk, tetapi hanya perlu perbaikan (dan pelatihan bagi penulis dan penelitinya!) agar sesuai dengan standar jurnal bereputasi.
Nihilnya Kebaruan dan Kebermanfaatan
Sebuah artikel yang dipublikasikan harus bisa menawarkan kebaruan dan nilai tambah bagi ilmu pengetahuan. Tanpa argumen yang kuat alasan sebuah riset penting untuk dilakukan—atau hanya menawarkan kebaruan yang terlalu kecil dan kurang berdampak—akan memperbesar kemungkinan penolakan.
Penulis harus bisa menegaskan research gap lengkap dengan novelty statement dan research significance yang tajam sehingga editor, reviewer, dan pembaca tidak meragukan riset tersebut dan yakin penelitian itu memang layak untuk dipublikasikan dan dijadikan referensi.
Metodologi yang Kurang Solid
Metodologi adalah bagian vital dalam sebuah artikel. Dalam tahap peer review, hal-hal seperti ketepatan dalam menjawab rumusan masalah, validitas data, dan kebebasan dari bias dinilai oleh reviewer. Penulis harus bisa menyajikan cara ia mencapai kesimpulan dengan metode yang jelas. Kekaburan metode akan merugikan penulis, tidak hanya bisa berakhir pada penolakan publikasi, tetapi kecurigaan kecurangan dan pelanggaran etika akademik lainnya.
Argumen Tidak Kokoh dan Meragukan
Tanpa penyusunan argumen, ketepatan interpretasi, dan kesesuaian penarikan kesimpulan juga memperbesar kemungkinan editor menolak sebuah naskah, meski riset yang dilakukan telah menawarkan kebaruan dan menggunakan metodologi yang tepat. Mendapatkan data yang bagus saja belum cukup untuk memastikan artikel lolos proses peer review. Alur berpikir yang logis dan kemampuan penulisan argumen secara memadai serta meyakinkan editor—dan nantinya pembaca—sangat perlu dimiliki penulis.
Tinjauan Pustaka Tidak Relevan dan Memadai
Tinjauan pustaka bukan sekadar “daftar bacaan” tetapi menunjukkan pemahaman penulis dan peneliti atas lanskap ilmiah mutakhir. Penggunaan literatur yang sudah ketinggalan zaman tidak hanya riskan membuat relevansi riset lebih kecil, tetapi juga menunjukkan sikap tidak bergairah dan kurang serius dalam melakukan penelitian. Standarnya berbeda dalam setiap bidang, tetapi umumnya diharuskan menggunakan literatur yang terbit dalam 5-10 tahun terakhir.
Perlu dicatat bahwa dalam beberapa hal, misalnya riset yang sangat unik dan sama sekali tidak pernah (atau sangat jarang) diangkat, kelangkaan referensi mungkin terjadi dan dalam hal ini, penulis perlu menyatakan dan melampirkan dalam tulisannya secara jelas. Penulis juga harus memahami mengenai self-plagiarism dan teliti dalam memilih literatur yang kredibel serta tidak kontradiktif dengan penemuan riset.
Profesionalisme dan Etika Publikasi
Selain empat alasan penolakan di atas, lagi-lagi, penulis dan peneliti harus punya kesadaran dan kewaspadaan berkaitan dengan etika publikasi. Editor punya mata elang yang mengawasi penulis terkait dengan salami-slicing, self-plagiarism, dan penyalahgunaan data.
Meski terlihat sepele, menjaga sikap dan profesionalisme selama proses revisi, termasuk dalam merespons komentar dan masukan dari reviewer perlu dilakukan oleh penulis, tidak hanya demi menghindari penolakan, tetapi juga untuk menghargai dunia akademik dan rekan sejawat.
Kalau kamu ingin meningkatkan kemampuan riset dan publikasimu tetapi bingung harus mulai dari mana, jangan khawatir. Bergabunglah dengan Bimbel Jurnal, tempat kamu bisa belajar mulai dari riset, menulis, sampai publikasi artikel ilmiah. Dengan pendampingan intensif dari tim kami, kamu bisa membangun portofolio akademik yang lebih kuat dan siap dilirik editor jurnal.
Yuk, hubungi tim kami sekarang dan mulai perjalanan akademikmu dengan lebih percaya diri bareng Bimbel Jurnal sekarang!
Bagi kamu sudah punya artikel yang siap publikasi, terbitkan di IDPublishing saja! IDPublishing menyediakan layanan penerbitan jurnal yang dapat kamu akses dengan mudah. Kamu juga bisa hubungi kami melalui WhatsApp untuk informasi lebih lanjut. Detail mengenai jurnal yang kami terbitkan bisa kamu temukan di sini.