17 October 2025
Berita
Oleh Zumrotush Sholihah

Susah payah melakukan penelitian, eh tiba-tiba dapat kabar penolakan publikasi dari jurnal incaran. Bukan momen yang mudah, baik bagi peneliti-penulis pemula, atau yang sekelas profesor sekalipun. Apaagi kalau sebenarnya, alasan ditolaknya itu sesepele kamu tidak memenuhi kriteria administrasi mereka.


Nah, biar enggak kejadian di kamu, simak alasan editor menolak artikel dalam tahap desk review itu:

Cermati panduan dan pastikan bebas plagiarisme

Pertama, kamu harus tahu bahwa banyak sekali artikel ditolak karena kesalahan yang “tidak fatal”: desk rejection. Editor menerima banyak artikel untuk ditangani, kesalahan yang bersifat administratif bisa menjadi alasan valid artikelmu ditolak. Sebagai penulis, penting untuk selalu memastikan bahwa naskah yang kamu kirim sudah sesuai dengan ketentuan, mulai dari jumlah halaman maupun kata, format penulisan, gaya sitasi, sampai similarity index kamu, atau ketentuan-ketentuan khusus jurnal yang kamu tuju. 


Artikel sudah sesuai dengan cakupan jurnal

Masih berkaitan dengan cermat dalam membaca panduan jurnal, penting untuk mengirimkan artikel sesuai dengan cakupan spesifik jurnal yang kamu tuju. Jangan semata-mata karena kamu ingin menerbitkan di jurnal incaranmu, lalu mengabaikan indikasi bahwa artikel kamu tidak cocok untuk diterbitkan di sana, bukan karena penelitian yang buruk, tetapi sesederhana karena untuk topik itu, jurnal lainnya lebih tepat untuk artikelmu. Pro tip: kalau sudah yakin artikelmu masuk dalam cakupan jurnal itu, kamu bisa tanyakan ke diri sendiri dulu “apakah artikel ini akan menarik dan relevan bagi pembaca?” karena editor akan menggunakan biasanya mempertimbangkan hal tersebut dalam proses pengambilan keputusan.


Sesuai dengan standar etika akademik

Selalu, benar-benar harus selalu berhati-hati terhadap plagiarisme. Kamu bisa menghindarinya dengan cek secara berkala ketika masih proses penulisan atau menjelang dikirimnya ke jurnal. Jurnal biasanya punya ketentuan similarity index yang diperbolehkan—biasanya sekitar 20%. Kalau lebih dari itu, tidak hanya ditolak, bisa jadi skandal akademik! Plus, dilarang keras mengirim satu naskah yang sama ke banyak jurnal, ini adalah bagian dari plagiarisme! 


Selain memastikan bebas plagiarisme, persoalan etika akademik yang harus penulis perhatikan adalah pengelolaan data dan penggunaan sumber daya secara bertanggung jawab, penghormatan terhadap hak asasi manusia, perlakuan terhadap subjek manusia dan hewan, tanggung jawab sosial, kejujuran dan integritas—salah satunya plagiarisme yang sudah disebutkan—dan penyebaran hasil penelitian, serta kemungkinan conflict of interest. Biasanya jurnal memiliki panduan terkait etika akademik bagi penulis yang akan mengirimkan naskahnya kepada mereka, termasuk meminta ethical declaration/ethical clearance letter. 


Tata bahasa tidak penting itu mitos!

Reviewer mungkin akan lebih fokus pada isi artikel kamu, tapi sebagai penulis, kamu tidak boleh mengabaikan tata bahasa dan gaya penulisanmu. Tulisan yang bikin editor sakit mata kemungkinan bakal langsung dilempar ke luar jendela sama mereka.


Kesimpulan

Selain untuk menghindari desk rejection, dengan ketelitianmu pada tingkat administrasi ini mengesankan kalau kamu cermat dan tidak malas membaca panduan jurnal. Ini adalah karakter yang sangat penting dalam dunia akademik.


Menyatakan artikel penelitian kamu bebas pelanggaran etika merupakan bagian dari tanggung jawab akademikmu. Jangan sampai penelitianmu hanya “keren” secara isi saja, tapi mengabaikan hak dan kewajiban moral. 


Butuh Bantuan Publikasi Jurnal?

Di IDPublishing, kami menyediakan program pendampingan khusus untuk membantu proses persiapan, review, hingga publikasi ke jurnal terakreditasi. Tim kami siap mendukungmu agar perjalanan publikasi menjadi lebih mudah dan cepat. Layanan penerbitan jurnal kami sudah termasuk cek plagiarisme gratis. Kamu bisa akses layanan kami dengan klik link ini atau hubungi kami melalui WhatsApp. Informasi lebih lanjut tentang jurnal yang kami terbitkan bisa didapatkan di sini.